Adopsi binatang

Seorang pria tanpa rasa malu mulai membungkuk. Ia jilati sepatu salah seorang kru sebuah acara televisi yang kotor penuh debu dan mungkin lumpur. Perlahan lidahnya menyisir sepatu kotor itu. Orang-orang di sekelilingnya bersorak. Kegirangan. Selesai sudah ia membasahi sepatu itu.

“Mau tambah 50 ribu lagi?” seorang yang memegang mike menantang.
Pria itu mengangguk.
“Jilat satunya lagi…!”
penonton tak menahan soraknya. Ramai sekali.

Malam itu, 9 Agustus 2006. Program jiplakan Jakcass MTV pukul 12 malam dipandu Ari Untung di sebuah stasiun swasta. Acara tv sarat keberanian dalam melakukan sesuatu: sebuah tantangan. Acara itu dilakukan berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya.

Namun, seperti acara lainnya, ini juga masih kentara mengadopsi acara-acara tv luar negeri. Bukan jelek bahwa tingkah kita mengadopsi tapi bagaimana mengemas dan memilah hal apa yang masih patut untuk dijadikan sebuah tantangan. Acara semacam ini masih lebih menonjolkan keberanian dari melihat sisi kemanusiaan. Tak masalah bahwa keberanian melakukan sesuatu yang membutuhkan ketrampilan itu menjadi tantangan bahkan saya lebih setuju itu, tapi di acara malam itu bukan pada hal semacam itu. Tapi lebih pada tertantangkah kita untuk disamakan menjadi binatang

Comments

Popular Posts