sekedar cerita

13 pebruari 2006
saya sekedar bercerita.

tanggal 20 januari 2006. hari itu kamis dan saya sudah punya tiket kereta tujuan jakarta. tiket itu bukan saja hanya untuk saya seorang tapi juga dua teman saya. jadi, kami bertiga pergi ke jakarta. mereka teman satu kelas dan yang lain teman beda jurusan.

bukan tanpa alasan saya pergi ke sana. beberapa bulan sebelumnya saya sudah punya rencana tepatnya pernah berkeinginan untuk ke sana. dulu saya cuma pernah berkeinginan PKL di suatu bandara entah itu di mana tapi saya justru PKL di BUSH, bandar udara soekarno-hatta. mungkin dalam batok kepala tiap orang ada pertanyaan sama, kenapa harus jauh-jauh kalau hanya untuk sekedar PKL. semarang-jakarta memang tidak dekat. tapi tak hanya untuk PKL saya pergi ke sana, ada hal lain yang ingin coba saya alami. apakah itu? hehehe... saya tak bisa mengatakannya sekarang ini. terlalu rawan.

saya sudah mencoba menghubungi pihak perusahaan via surat elelektronik atau orang bilang e-mail jauh sebelumnya. bukannya e-mail-e-mail itu tak dijawab tapi saya hanya mendapatkan e-mail dengan subjek "notice failed" tiap sehabis mengirim e-mail. tak satu dua kali memang. saya telpon pun pada bulan-bulan terakhir yang ternyata gagal juga. akhirnya berangkatlah saya ke jakarta, hanya memberikan surat pengantar PKL.

saya sudah di jakarta selama tiga hari. senin pagi saya akan menyerahkan surat itu. tapi apa yang terjadi? saya tak menyangka surat itu masih di semarang. malam senin atau minggu malam itu kontan saja saya pusing keliling tujuh kali. untung saja orang yang saya hubungi tahu apa yang harus diperbuatnya, tentunya setelah saya kasih tahu (hehehe...) dia mengirimnya lewat fax saat itu juga.

saya jadi terharu kalau mengingat bagaimana ia melakukannya. malam itu jam delapan-an. "loh kok nggak ada yang angkat, bos?" tanyanya dari telpon wartel. saya baru ingat kantor tutup jam setengah lima sore. akhirnya ia mengirimnya esok paginya. saya cengar-cengir ketika bertemu dengannya di semarang. ia terbahak-bahak.

saya tak sendiri ke kantor cabang utama angkasapura2. teman satu kelas saya yang mengajak saya PKL di situ beserta ayahnya ikut mengantar. kebetulan ayahnya bekerja di basarnas, di seberang jalan kantor angkasapura2. saya jadi tak enak terlalu merepotkan mereka.

usai dari kantor cabang utama angkasapura2 saya pulang. sementara teman saya menjenguk temannya di rumah sakit di tangerang. ia diantar ayahnya. bus, seperti yang disarankan ayah dan anak itu tak kunjung tiba. namanya garuda sebelas, biasanya jam sebelas sampai sini, kata ayahnya sebelum pergi ke rumah sakit. dari jam 10.45 sampai jam dua belas saya masih bengong di bawah pohon yang biasa dijadikan halte bus garuda sebelas itu.

akirnya teman saya menyarankan untuk naik mobil kijang satya ardhia dan turun di terminal rawa bokor. mobil kijang itu ternyata mobil angkutan yang biasa hilir mudik di bandara milik koperasi karyawan angkasapura2. saya kira itu mobil khusus untuk jemputan. setelah itu kamu naik bus jurusan grogol ntar turun di pancoran, sarannya lagi. saya masih seperti masuk hutan belantara yang belum saya kunjungi jadi saya menuruti apa katanya.

pukul setengah satu saya sudah duduk manis di jok belakang bus jurusan grogol. saya tak tahu bisa duduk semanis itu. bus melaju sementara saya tengok ke kanan kiri. di depan beberapa bangunan di antara rumah penduduk terdapat tabel bertuliskan kabupaten tangerang. banyak siswa-siswi sekolah jalan kaki di pinggir jalan. saya tak tahu mereka pulang sekolah atau sebaliknya.

di sepanjang jalan tabel petunjuk arah ke cawang atau pancoran menjadi harapan. saya khawatir bus yang saya tumpangi tak mengikutinya. sampailah di lingkungan universitas trisakti. di seberangnya universitas tarumanegara bersebelahan dengan mall ciputra. terminal grogol di depan kampus trisakti. saya jadi ragu.

benar saja ternyata bus berbalik arah dan menuju terminal kalideres, jakarta barat. saya tak tahu sebelumnya dimana kalideres itu. dari terminal kalideres bus menuju ke rawa bokor lagi, pikir saya. sekonyong-konyong saya turun di halte depan mal ciputra. lama saya duduk di sana sambil mengamati bus-bus yang lewat.

saya akhirnya jatuh pada pilihan bus jurusan tanah abang-roxy. saya harus turun juga setelah beberapa menit bus melaju. bukan di tanah abang. bang, nggak boleh ke tanah abang tuh sama polisi, kata kondektur.

di seberang jalan beberapa polisi berdiri dengan gagahnya. sesekali lari ke tengah jalan, balik lagi ke pinggir. mereka mencegat pengendara sepeda motor yang dianggap melanggar. tak jelas apa pelangggarannya. si pengendara melaju semakin cepat sambil tersenyum, polisi pun tersenyum. ia dikecoh si pengemudi. beberapa pengemudi mobil diminta berhenti di depan kantor polisi, yang lain dibiarkan. beberapa menit si pengemudi keluar dan melanjutkan perjalanannya. beberapa yang lain masih di dalam kantor. masih tak jelas apa kesalahan mereka tapi sepertinya saya yang tak paham.

akhirnya saya naik angkot jurusan tanah abang-lima. hampir saja saya naik angkot yang menuju lima. untungnya saya turun sebelum angkot berangkat dan saya naik angkot yang jurusan tanah abang. melajulah angkot itu dan sampailah di tanah abang. justru saya malah semakin bingung. angkot ternyata tak lewat daerah karet, tempat saya tinggal. akhirnya cuma muter-muter

pukul setengah empat sore hujan turun. saya pun ikut turun. tentu dari angkot. hujan tak mau mengalah untuk berhenti padahal saya sudah basah kuyup. mampirlah saya ke satu halte. namanya RSUD Tarakan. Di belakangnya berdiri rumah sakit tarakan itu. sampai jam delapan malam saya masih berteduh di halte itu. tak tahu juga apakah saya sudah mulai suka dengan halte itu atau saya memang lagi sial. yang jelas saya belum dapat taksi dari jam empat tadi.

barulah saya naik taksi setelah satu taksi saya stop. "kemana bang?" kata pengemudi taksi itu. wisma bisnis indonesia di jl. kh mas mansur no 12A itu, kata saya. yang bertanya malah bingung. "kan dulu bisnis indonesia itu kantornya nggak d situ, di kramat. nah taon 2005 kmaren itu pindah ke karet," jelas saya sok tahu. akhirnya ia baru mudheng (paham).

bukannnya malah tambah tenang saya sudah naik taksi. saya malah tambah khawatir. jalanan macet. sedangkan panel tarif itu tak kunjung macet tapi semakin melipat gandakan diri. kalau saya bawa uang banyak saya tak masalah. tingggal dua puluh lima ribu. hmmm..... beruntung akhirnya saya sampai di seberang gedung wisma bisnis indonesia dan saya tak jadi ngutang sama tukang taksi. saya dikasih kembalian 3000.

Nyasar, padahal ini hari ke empat di kota orang. Tapi saya suka melakukannya.

saya mendapatkan jawaban lain dari kebanyakan orang ketika ditanya soal nyasar. jawaban itu justru mendukung apa yang telah saya alami. teman-teman selebritisnya biasa memanggilnya "dokar." aneh memang. tapi begitulah. ia orang paling kontroversial di milist. pertama kali saya kenal cuma di milist kajian kartun, pakarti. tapi minggu kemarin saya benar2 jalan bareng bersamanya di stasiun kereta juanda. "ya harus begitu kalau pergi ke suatu tempat, harus ada nilai petualangan," ungkapnya saat saya ceritakan pengalaman emas saya ini. benar saya betul-betul menikmatinya.


jakarta,


toni

Comments

Popular Posts