Revolusi Mental


Foto: salah satu karya seni patung dalam pameran Trienal "VERSI" di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. Pameran dibuka Rabu 22 Oktober lalu, dan akan terus dipamerkan beberapa hari ke depan.


Barangkali kita ingat cerita batu yang berlubang sebab tetes demi tetes air yang terjatuh diatasnya, yang barangkali telah berlangsung sekian puluh bahkan ratusan tahun.

Jargon Revolusi Mental kental kaitannya dengan babak baru kemenangan kepemimpinan pemerintahan yang baru saja dimulai. Revolusi Mental, jika dipahami benar-benar, tidak mudah hanya memerlukan waktu singkat apalagi hanya dengan 5 tahun,10 tahun, 15 tahun dan seterusnya.
Contoh saja. Jika kita pergi ke satu tempat kita akan lihat pada bagaimana keruwetan akibat pola pikir pengguna jalan, misal saja pengendara kendaraan bermotor dan lain-lain, atau pengguna kereta. Mengamati kekacauan mereka barang sejenak, paling tidak kita akan dapat menyimpulkan meski tak banyak. Keruwetan itu produk kebiasaan pola pikir yang dilakukan selama bertahun-tahun. 

Lalu bagaimana mengharapkan kebiasaan orang yang dilakukan selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun dapat diubah dalam sekejap (revolusi). Tentu saja dalam kaitan pemerintahan yang baru, Revolusi Mental bukan jaminan akan sesegera terwujud. Adalah pemerintah dan rakyat yang saling bergerak sinergi satu sama lain. Pemerintah mendukung dan menyediakan sarana prasarana, membenahi aparaturnya dan lain sebagainya sementara rakyat juga perlu berbenah diri, mengubah kebiasaan buruk.

Tentu bukan hanya 5 tahun, 10 tahun untuk mengobati "penyakit" kebiasaan mental. Dalam bahasa ungkap Gus Mus (KH. A. Musthofa Bisri), kepala semua orang harus dicopot dan diganti dengan yang baru karena kepala yang lama sudah rusak.

Comments

Popular Posts