Diskusi Penanda "Pengganggu" Logika

Berikut adalah apa yang saya tulis mengenai penanda pada gambar, atau bahasa visual di sebuah media jejaring sosial Facebook. Yang bila dipahami dengan logika linier tentu akan berbeda hasilnya. Maka kenapa di sekolah kita mempelajari gaya bahasa (majas dll), semiotika, dalam bahasa Arab ada ilmu Mantiq/Balaghah. Ternyata mendapat beragam respon dan reaksi dari apa yang saya tulis. Dan, terjadi saling berkomentar yang terkesan berdebat. Untuk menghindari perdebatan saya berusaha untuk mengundang kawan-kawan lain untuk barangkali saja memiliki pandangan berbeda, bukan untuk menguatkan atau menyudutkan salah satu pendapat. Inilah komentar-komentar itu.


Toni Malakian shared a photo.
21 hours ago ·
Gambar semacam ini kemudian tak berarti bahwa dia adalah manusia setengah hewan (sapi) dalam arti yang sesungguhnya, yaitu makhluk hidup berbadan setengah manusia dan setengah hewan. Sama seperti dalam kalimat yang mengandung metafora, kita tak bisa memaknai kalimat itu apa adanya. Pembubuhan atau pemuatan penanda-penanda itu cara "nakal" untuk membuat sesuatu menjadi satire. Dan itu mempermainkan logika kita, maka kita tak bisa hanya cuma mengandalkan logika matematis linier karena logika akan menolak itu.
LHI PKS

Gambar semacam ini kemudian tak berarti bahwa dia adalah manusia setengah hewan (sapi) dalam arti yang sesungguhnya, yaitu makhluk hidup berbadan setengah manusia dan setengah hewan. Sama seperti dalam kalimat yang mengandung metafora, kita tak bisa memaknai kalimat itu apa adanya. Pembubuhan atau pemuatan penanda-penanda itu cara "nakal" untuk membuat sesuatu menjadi satire. Dan itu mempermainkan logika kita, maka kita tak bisa hanya cuma mengandalkan logika matematis linier karena logika linier akan menolak itu.
LHI PKS

Gambar semacam ini kemudian tak berarti bahwa dia adalah manusia setengah hewan (sapi) dalam arti yang sesungguhnya, yaitu makhluk hidup berbadan seten...See more
2Like · · · · Promote
  • Anik Rakhmawati asiiikk wkwkkk ... lalu jenggot memang punya makna yg pada tempatnya ...
  • Arif Wahyudi hehehe..ketawanya khas
  • Toni Malakian wkwkwkwkwk wah jenggot (lagi) bu Anik Rakhmawati
    Arif Wahyudi
  • Dan Ardana Siswasumarta Ces Pleng kalau aku mengatakannya...
  • Husnawi I-a HAHAHAHAH......................SAPISAPISAPISAPI import
  • Toni Malakian Pak Sabariman Rubianto Sinung seharusnya tak berat
    Pak Dan Ardana Siswasumarta kayak puyer kepala ces pleng
    Pak Husnawi I-a banyakan impor ya
  • Dan Ardana Siswasumarta Karikatur anda bisa menghilangkan rasa pusing orang2 yang merindukan kejujuran dan bersih nya aroma kekotoran di negeri ini mas...
  • Taufiqov Ipotsky Yuniartonov kalo kepalanya diganti kepala mas Toni gimana tuh...
  • Toni Malakian haha buatku nggak masalah mas Taufiqov Ipotsky Yuniartonov, kalaupun ada yang bikin begitu ya makasih sekali, tertantang mau bikin sapi berkepalaku? Silakan, dengan senang hati kuterima
  • Taufiqov Ipotsky Yuniartonov sebelum menghina orang lain, coba hina dirimu, kakakmu, ibumu, ayahmu, gurumu dam orang2 yg kamu sayangi.... bagaimana? berani....?? apakah masih bisa menghilangkan rasa pusing ??
  • Taufiqov Ipotsky Yuniartonov just kidding... cuma mau bilang, kalau sebuah karya yg jadi itu belumlah selesai, karena ttp harus ada pertanggung jawaban kepada publik, dan Tuhan (di akherat kelak)
  • Toni Malakian sebentar mas, nanti kita komen-komenan ya hehe, ada kerjaan revisi sbentar hehehe
  • Toni Malakian  siiip hehe... bahasan disini adalah bagaimana membaca sebuah gambar dengan penandanya/simbol. Bukan dalam tataran untuk hina menghina seseorang. Jauh dari itu. Dirasa itu adalah penghinaan atau pujian maka itu tergantung pada tafsir masing-masing atas gambar itu. Wilayah tafsir dan apresiasi memang luas. Apalagi dalam konteks seni karikatur yang juga sebagai bagian dari dunia kesenirupaan yang penuh dengan tanda, tafsir dan lain-lain. Apalagi dengan konteks jaman dengan apa yang terjadi di dalamnya. Semoga mas Taufiqov memahami konteks apa yg dibahas disini, menyoal bahasa tanda sebagai sesuatu yang "mengganggu" logika linier.

    Dari pengalaman beberapa media pers misalnya. ada beberapa tokoh politik yang dengan senang hati bahkan meminta karikatur tentang dirinya yang digambarkan terdistorsi dengan bentuk binatang (mungkin bagi orang lain ditafsirkan sebagai bentuk penghinaan terhadap dirinya) itu dikirimkan ke rumahnya. Terakhir dengar adalah dari seorang redaktur tv, dia cerita soal Sutan Bhatoegana yg meminta karikatur semacam itu, bahkan dia sangat senang dan tertawa terbahak-bahak dan berbuntut dia ingin memiliki karikatur itu.

    Cerita lagi, Pak Sukardi Rinakit, penulis dan juga beberapa predikat lain, pernah menelponku dan aku tak tahu siapa yg telpon waktu itu karena memang tak punya nomornya, dia perkenalkan diri. Di telpon dia tertawa menertawakan karikatur dirinya dan kedua orang temannya yang digambar olehku. Mungkin bagi orang lain itu hal sangat memalukan, karena sudah mereduksi dan menambahi bentuk-bentuk fisiknya yang jauh dari bentuk proporsi sebenarnya. Tak ada yang salah dengan itu, mereka bahkan sangat setuju, itulah dunia karikatur. Lagi, terakhir menggambar live di sebuah acara, anggap saja seseorang biasa, tampaknya adalah sopir dari tuannya, dia meminta untuk wajahnya "dihancurkan." Ternyata dia tertawa senang tak karuan. Beberapa yang lain tak suka, dan terutama memang di Indonesia. Aku tak perlu membandingkan Indonesia dengan apresiasi di Eropa dan Amerika. Di sana mereka jauh meninggalkan "kekolotan" berpikir kita.

    Artinya itu kembali pada diri sendiri bagaimana menafsirkan itu sebagai sebuah bentuk penghinaan atau bukan. Mereka yang pada saat terkena isu panas pun bahkan tertawa dan ingin memiliki karikatur itu. Ini masalah penafsiran masing-masing. Bagaimana kita mau berkembang kalau gambar yang semacam itu disikapi sebagai sebuah penghinaan yang merupakan bagian dari proses berpikir. Masa kita berpikir saja kok nggak boleh, sampai harus "ditakut-takuti" dengan pertanggungjawaban terhadap Tuhan sekalipun. Pertanggungjawaban terhadap Tuhan itu masing-masing lah, jangan khawatir. Tuhan sudah punya programnya sendiri.Bukan berarti menentang Tuhan loh, atau tak takut. Tapi biarkan akal kita dipergunakan untuk berpikir untuk mencari dan mencari hehehe...

    Beneran loh karikatur di Indonesia itu masih belum se"liar" dan gahar di luaran sana. Masih hangat, kemarin-kemarin karikatur Netanyahu muncul di sebuah media pers di Inggris bertepatan dengan peringatan Holocaust. Padahal mungkin baru sekali itu mereka tampilkan karikatur Netanyahu. Israel tak terima dengan itu. Apa bedanya dengan karikatur-karikatur yang sering memunculkan presiden Assad yg berlumuran darah, tapi publik juga diam saja, artinya ya itu ada masalah penafsiran yang berbeda. Bahkan pembuat karikatur Netanyahu sama sekali tak tahu kalau hari itu adalah hari peringatan Holocaust. Sama sekali pembuatnya tak berpikir bahwa itu untuk hari holocaust, dia bahkan berpendapat bahwa ya begitulah Netanyahu selama ini.

    Dan beneran tak merasa dihina meskipun ada kawan-kawan yg bikin karikaturku bahkan menurut orang lain memalukan. Aku pikir banyak sudah aku mempermalukan diri sendiri kok, hanya saja karena tak tahu malu, jadi nggak merasa malu hehe. Bukan itu, tapi ya karena itu kuanggap bukan sebagai sebuah penghinaan atau pelecehan fisik atau melecehkan ciptaan Tuhan. Kita kembali pada kemampuan diri untuk seberapa jauh memandang sebuah karya. hehe

    Apakah menurut mas Taufiqov Ipotsky Yuniartonov gambar di atas dianggap sebagai sebuah penghinaan?
  • Taufiqov Ipotsky Yuniartonov bagi saya iya, padahal belum di putuskan LHI itu memang pelakunya.... sayapun sering juga berpikir liar, tapi saya belum punya jawabannya kalau nanti Tuhan meminta pertanggung jawaban karya2 saya yg liar itu..... dan bagi saya proses berpikir yg liar cukup dilakukan dalam inkubasi pikiran dan hati saya, tidak perlu semua orang ikut terlibat dan bagi saya pertanggung jawaban di hadapan Tuhan itu adalah keniscayaan, bukan sekedar ancaman utk menakut2i. Tapi Tuhan juga tidak diktator kok, karena masing2 pekerjaan akan berlaku hukum sebab-akibat, maka kita pun musti percaya ada konsekwensi yg akan kita terima..... just reminding mas...
  • Toni Malakian  Ya saya tak mengingkari perihal soal tuhan ya, soal kebaikan berbalas pahala, kejahatan berbalas neraka. Saya tak mau bermusuhan denganNya bahkan. Atau saya juga tak berarti mendahului keputusan pengadilan atau bahkan keputusan Tuhan. Kalau mas Taufiqov Ipotsky Yuniartonov menganggap itu sebagai sebuah penghinaan, ya itu nggak masalah, itu pendapat, itu jelas tafsir anda. Saya tak harus memaksa anda untuk memahami itu sebagai sesuatu yang lain.

    Sebenarnya paham apa nggak dengan konteks yang dibahas disini? Ini masalah penanda yang "nakal" terhadap logika. Ini bukan masalah dia bersalah atau bukan, dia bangsat atau alim, dia jelek atau baik. Bukan itu Sekali lagi bukan itu

    Coba dimana letaknya kalau saya menyatakan bahwa dia pelakunya, dia yang bersalah?
    Coba dipahami dulu konteksnya.
  • Toni Malakian Baiklah kita undang beberapa kawan-kawan barangkali bisa menambah pengetahuan soal ini. Ini bukan soal mencari yang pro dan kontra, tapi melihat pada sisi yang baiknya, karena ini wilayah diskusi. Baiknya kita juga minta dengar pedapat yang lain.

    Bag
    aimana pendapat kawan-kawan?
    Sabariman Rubianto Sinung

    Djoko Susilo

    Joko Luwarso

    Jan Praba

    Yoncah Yono
  • Sekar Baruna Dalam diri manusia itu ada naluri kebinatangan itu fakta lhoo .. Makanya dalam zodiak Leo misalnya orang yg lahir antara Juli-agustus digambarkan sebagai singa .. Aku rasa penggambaran seniman kalo dikaitkan dengan sisi spiritual dah pasti gak nyambung .. So lihatlah karya sebagai karya saja ..
  • Djoko Susilo ehem ehem.....dalam konteks ilustrasi kiita mengenal beragam bentuk dan cara untuk mewujudkannya.....dalam hal gambar diatas, lepas dari benar atau salah...menurut saya sebagai karya karikatur sudah mengena dengan konteks peristiwanya.....simpel dan ikonik , tak perlu menjelaskan panjang lebar....tentunya akan menimbulkan beragam tafsir, disitulah letak keberhasilan sebuah ilustrasi........
  • Ayun Wahyu semangat nakmas toni! bravo!
  • Toni Malakian Ayun Wahyu Saya undang kawan-kawan bukan karena untuk memperdebatkan atau mencari pro kontra, atau untuk menguatkan pendapat satu sama lain, tapi lebih kepada berdiskusi. Karena ternyata bahwa hal-hal semacam ini masih tabu.
  • Djoko Susilo betul....sebuah ilustrasi memang bisa menimbulkan multitafsir tergantung dari sudut mana membacanya....

    • Sekar Baruna Aku rasa sejak jaman dulu .. Seniman-seniman kartunis melakukan protes atau demo akan hal yg tidak di sukainya melalui karya2nya .. Sebagai contoh ya seperti karya mas Toni ini .. Ini menurutku adalah bentuk protes akan ketidakadilan dan kesewenangan .. Seniman tdk berdemo di jalanan .. Tapi berdemo dgn karya-nya
    • Ayun Wahyu seorang seniman bebas mengekpresikan gejolak dan kegelisahan hatinya melalui karya seni yg dihasilkannya.. pun seperti juga karikatur..illustrasi atau apapun itu... dan orang lain pun bisa dan bebas menafsirkannya atau memberikan apresiasinya... namun satu sudut pandang saja tak cukup untuk memberi 'vonis' terhadap sebuah karya seni.. spt karya di atas...
    • Mufty Fairuz menurut saya bebas bebas saja bro! namun yang jelas siapapun akan menghadapi pengadilan tertinggi kelak tanpa kebohongan karena yang menjadi saksi bukan mulut tapi tangan dan kaki. hehe..
    • Yoncah Yono aku suka gambar diatas, aku melihat dan menyukai gambar bukan dari tafsirnya tapi dari bentuk gambarnya, kesulitannya... terserah nanti tafsirnya seperti apa, karena tiap orang pasti bakal beda penafsiran....
    • Toni Malakian hehehehe Kalaupun saya ganti kepalanya dengan kepala yang lain, kepala saya misalnya, apakah kemudian bahwa disana dikatakan bahwa saya bersalah, atau saya pelakunya? Nah kan tidak, logikanya semacam itu. Coba dipahami dulu apa yang dibahas. Dengan penanda semacam itu apakah itu sebuah penghakiman dia bersalah? Ini hanya masalah membaca tanda bukan dengan keterkaitan peristiwa yang menghangat saat ini? Lalu hanya karena itu peristiwanya seperti itu kemudian penanda-penanda itu dianggap sebagai vonis yg bersangkutan bersalah?

      Saya kira sangat berbahaya ketika gambar semacam ini disikapi sebagai alat untuk memvonis yang bersangkutan. Makanya kita kembali pada konteks penanda itu dengan peristiwa aktual ini.

      Oya, Mufty Fairuz yang beragama Islam tentu mempercayai hukum Tuhan begitu, itu sudah jadi pengetahuan umum dalam konteks Islam. Baiklah sedikit contoh bahkan dalam ayat Al Qur'an ada penanda begini, saya harap anda tahu itu Yadullaha fawqo aydiyhim...Tangan Allah ada di atas tangan mereka. Apakah kita akan menafsirkan bahwa tangan allah seperti tangan yg kita punyai? Kemudian bertengger di atas tangan kita? tentu tidak begitu kan. Nah seperti itulah konteksnya dengan ini, yaitu penanda. Belum pada persoalan hukumnya apalagi pada pengadilan hukum tertinggi Tuhan. Terlalu jauh dan tinggi bahas itu.

      Tenang kawan-kawan hehehe...
    • Toni Malakian Saya hanya mengetengahkan topik ini pada masalah penanda dan logika, bukan pada aspek hukumnya.
    • Yoncah Yono aku pernah lihat karikatur anjing kepala manusia, itu karya orang bule.. terus apa kita berpikir kalau modelnya itu koruptor anjing,.. ternyata modelnya itu justru pencinta anjing... hhe
    • Toni Malakian Saya kira penting bahwa hal-hal semacam itu kita seyogyanya punya wawasan yang lebih luas tak selalu terpatri pada soal penghinaan dll tapi ada kemungkinan-kemungkinan lain seperti yang dibilang mas Yoncah Yono

      Perkembangan-perkembangan pengetahuan kebudayaan semakin meluas, jadi ya kita seharusnya tak perlu mengurung diri dalam tempurung ketabuan semacam itu.
      4 minutes ago · Like




      • Ayun Wahyu ini ada sdikit kemiripan dg gambar suap 10jt saya, ada yg menganggap saya melecehkan perempuan.. weh..lha saya sendiri perempuan mosok mau merendahkan kaum saya sendiri.. saya menggambarkan fenomena.. tapi tafsir orang lain beda.. ya begitulah..
      • Yoncah Yono ternyata perempuan .. aku baru tahu kalau Ayun Wahyu itu perempuan... hahaha
      • Ayun Wahyu wekeke terpaksa ngaku deh. asem ki..
      • Sekar Baruna Biyen aku hampir naksir mbak ayun .. Tak pikir cowok .. Lha ganteng hare .. Bhahahah
      • Mufty Fairuz weitss saya tidak bermaksud berkontroversi dgn anda bro.. saya tenang tenang saja dan tidak mempermasalahkan karyamu.
      • Toni Malakian hahaha... lah siapa yang bilang mau berdebat bro, nggaklah bro Mufty Fairuz masa kaya nggak tahu ente brooo... bukan gitulah maksudku, tadi aku cuma menimpali tentang pengadilan tertinggi itu. Artinya kita tempatkan dulu di kamar lain permasalahan soal...See More
      • Mufty Fairuz ooh.. maksud saya, tentu saja karya tersebut muncul ketika hangat hangatnya kasus beliau diangkat. di pihaknya menganggap jebakan (mungkin bisa dibilang begitu) dan di lain pihak merupakan fakta. ya saya hanya menanggapi ringan dengan komen awal tadi bro! apakah kasus itu benar atau tidak saya ndak tahu..
      • Toni Malakian ya begitu itu, bukan membicarakan itu benar atau bersalah dalam pandangan keputusan hukum. Kasus itu memang benar sebagai sebuah fakta bahwa ada kasus semacam itu. Dia pelaku atau bukan, soal putusan bersalah atau tidak itu bukan wilayah kita, kecuali pengadilan dan perangkat terkait. ya begitulah namanya bahasa tulisan, terkadang perlu dibaca berulang-ulang untuk dipahami maksudnya. hehe
      • Mufty Fairuz apalagi kurang liat yg ijo ijo.. matanya jadi eror di depan kompi terus seperti saya ini..
      • Toni Malakian ya memang baiknya selingan kluyuran lihat yang ijo-ijo juga, maksudku pepohonan dan alam ...
      • Jan Praba beda kaca mata....
        12 minutes ago · Like


        • Taufiqov Ipotsky Yuniartonov memang, akhirnya penafsiran sebuah ilustrasi secara pribadi masing2, saya juga gak memaksa bahwa penafsiran saya yg betul, cuma saya ingin menyampaikan bahwa ada yang tidak sependapat dan tidak sreg dgn penampilan ilustrasi ini....
        • Toni Malakian ya setuju, itu dikembalikan lagi soal memandang karya sebagai apa dan itu wajar saja. Kepala masing-masing berbeda. Yang saya bahas di sini adalah soal logika tanda, majas dll, lebih kepada semiotikanya. Karena sempat disinggung soal aspek hukum dia be...See More
        • 8 hours ago · Unlike · 1


          • Jiwenk Wae saluuuuut untuk penjabarannya, master Toni Malakian! untuk saya, seni adalah dunia kebebasan sesungguhnya, seni tidak mengenal benar dan salah karena dia bukan hukum, yang ada hanya bagus dan...... kurang bagus (hehe..). seni hanya pengungkapan pendapat sang seniman melalui karyanya, bukankah setiap orang bebas berpendapat? adalah kewajaran ada yang pro dan kontra, karena isi setiap kepala dipengaruhi oleh seberapa banyak wawasan yang di dapatnya. namun sangat tidak etis bila sebuah karya seni dihakimi oleh kepicikan berfikir, melihat sesuatu dari sudut sempit sebuah sisi, akan lebih bijak bila kita berusaha berempati pada sisi fikir sang seniman, memahami sesuatu bukan hanya dari apa yang dilihat mata telanjang, tetapi harus dipahami juga apa yang ada dibalik itu. untuk kontek agama, saya kira 'setiap perbuatan itu tergantung niat' dan itu sudah bukan urusan pendapat seseorang, tetapi urusan sipembuat dengan tuhannya. Dari isi diskusi di atas, saya mulai memahami kenapa dunia karikatur di Indonesia kurang berkembang dan diapresiasi publik.
          • Toni Malakian Menarik sekali pendapat yang disampaikan mas Jiwenk Wae .

            Meski dengan kaca mata yang berbeda, seperti yang disampaikan mas Jan Praba, seyogyanya bukan halangan untuk menemukan satu titik poin yang sama. Ibarat masuk ke rumah, tak mesti selalu harus d
            ari pintu depan, bisa juga melalui pintu samping atau belakang, ada banyak jalan, ada banyak kaca mata. Tentu saja bisa memahami jika kaca mata yang dipakai dalam posisi yang benar.

            Menarik bahkan menohok kepala kita dengan pernyataan ini " Dari isi diskusi di atas, saya mulai memahami kenapa dunia karikatur di Indonesia kurang berkembang dan diapresiasi publik."

Comments

Popular Posts