Penjual Sekoteng, Semarang


Penjual Sekoteng Khas Cirebon di Jl. Pahlawan, Semarang, Senin malam, 8 Juli 2013. 

Pada kesempatan kali ini saya adakan perjalanan ke Semarang. Beberapa kali pula selama di Semarang saya bertandang ke Jl. Pahlawan yang merupakan dimana kantor gubernur Jawa Tengah berada. Beberapa tahun terakhir Jl. Pahlawan didatangi banyak warga terutama pada sore hingga malam hari. Itu terjadi setelah perbaikan-perbaikan fasilitas umum berupa penataan dan pelebaran trotoar. Tak hanya sebagai area pedestrian, trotoar yang lebarnya kurang lebih 5 meter itu juga digunakan warga sebagai area kegiatan atau sekedar untuk kongkow-kongkow dan menikmati malam.

Suasana kota Semarang dengan banyaknya warga yang datang di ruang publik ini memberi dampak terhadap munculnya roda perekonomian. Sepanjang trotoar di seberang kantor gubernur akan banyak dijumpai penyedia jasa alat olah raga seperti sepatu roda (inline skate) juga sepeda-sepeda skuter mini. Di sisi jalan ada banyak penjual makanan dan minuman. Ada penjual kacang, penjual sekoteng, penjual kopi dan lain-lain. Berbaur dengan para penjual makanan dan minuman juga terdapat parkir motor dadakan di sepanjang trotoar.

Penataan fasilitas umum dan sosial ini memberi efek yang bagus dengan warga memanfaatkan ruang publik yang menjadi haknya. Akan tetapi gejala ini juga memunculkan permasalahan baru. Misal saja sampah. Beberapa warga masih terlihat membuang sampah seenaknya meskipun tempat sampah sudah disediakan. Hal ini hampir secara umum terjadi di beberapa tempat umum, tak hanya di Semarang. Masalah lain lagi misal saja parkir. Seorang petugas parkir bahkan hanya memberi selembar karcis foto kopi lalu meminta tarif parkir Rp 2.000. Ia hanya memiliki satu karcis asli.  Permasalahan lain juga muncul, maraknya pengemis. Ada permasalahan sosial yang krusial. Bermunculan pengemis ini sering mengiringi perkembangan pembangunan suatu daerah. Kita sering tak bisa membedakan manakah pengemis karena tekanan kebutuhan hidup, pengemis karena pekerjaan, atau pengemis bagian dari sindikat.

Dari sedikit gejala positif negatif yang muncul itu, paling tidak, pemerintah provinsi/kota Semarang sudah beranjak dari stagnanisasi seperti kota-kota lain yang parahnya cenderung mundur. Namun menjadi harapan besar bahwa pemprov Jateng ataupun Pemkot Semarang tak hanya berfokus pada pembangunan ibu kota provinsi, melainkan juga pada daerah pinggir kota dan daerah-daerah lain yang dinaunginya. Semarang dan daerah-daerah lain, semoga selalu berbenah sesuai janji-janji kampanye kalian.

Comments

Popular Posts