Kopeng, 29 Mei 2004 jam 02. 15 WIB.

        Kepulan asap rokok memenuhi ruang wisma Amalgamasi tempat Rapat Kerja Hayamwuruk berlangsung. Handoko, sang pemimpin sidang masih serius memandangi bendelan kertas di depannya. Sesekali ia memperhatikan para peserta rapat yang mulai mengantuk. Memang, malam sudah semakin larut, hampir pagi malah. Meski demikian, seperti malam sebelumnya, sidang Rapat Kerja Hayamwuruk ke-8 masih berlangsung, memaksa kami begadang semalam suntuk.

Hendra, kepala Litbang (kini berstatus alumni Hayamwuruk) meminta waktu untuk berbicara. Dia mengemukakan pendapat tentang kelanjutan penggarapan tabloid Hawepos yang terbit sebulan sekali. Menurutnya antara majalah dan tabloid akan lebih baik jika ditangani oleh keredaksian yang berbeda.

“Lebih baik keredaksian dibagi menjadi dua. Hayamwuruk sendiri dan Hawepos sendiri. Kira-kira berani ngga?” ucap Hendra serius. Usulan ini memicu munculnya banyak tanggapan dari para peserta rapat. Sebagian besar menolak, atau bimbang.

“Kalau tidak dimulai dari sekarang, mau kapan lagi? Justru malah bagus, Hawepos bisa lebih mandiri.” Tambah Hendra.

Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya dicapai kesepakatan bahwa redaksi majalah Hayamwuruk dan Hawepos dipisah. Tetapi keduanya masih satu induk, dibawah Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Hayamwuruk. Jadi kerja redaksi masing-masing terpisah. Personil Hayamwuruk pun terbagi dua. Di dua keredaksian ini yang tua berlepas, diganti yang muda. Terlebih lagi Hawepos. Tabloid yang sekarang di tangan Anda ini digawangi anak-anak yang baru “kemarin sore” lulus magang.

Meski demikian, keputusan besar sudah disepakati bersama. Mau tak mau kami semua harus siap memikul tanggung jawab yang lebih besar meski kami paham bahwa sebagai pemula, kekurangan dan keterbatasan selalu membayangi kerja kami. Singkat kata, kami harus banyak belajar.

Tapi satu hal yang perlu Anda ketahui, Pembaca, meski harus mempercepat proses, kami tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan Hawepos yang layak baca ke tangan Anda. Perubahan yang kami buat dalam Raker kemarin pun bersemangatkan “demi yang terbaik bagi Pembaca.”

Dengan semangat yang sama, pada tanggal 9 Juli 2004, redaksi tabloid Hawepos menggelar rapat redaksi yang pertama. Untuk edisi perdana ini, kami sepakat mengangkat tema utama yang tentang “pro-kontra kepindahan kampus Sastra ke Tembalang.” Kami memilih tema tersebut karena bagi kami, kepindahan ini adalah perubahan besar yang dampaknya akan dirasakan oleh semua pihak civitas akademika fakultas sastra. Karena itulah kita perlu mengetahui prosesi dan pernik di dalamnya.

Dan setelah melewati berbagai kesialan (data habis termakan virus ketika masih digawangi anak-anak magang 2002-2003) dan terpotong ujian dan libur, tabloid Hawepos akhirnya dapat menjumpai Anda di awal musim kuliah ini. Tak lupa, jika ada banyak kekurangan dalam edisi ini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya dan siap menerima saran dan kritik berkenaan dengan hal itu.

Akhir kata, selamat membaca.


Pemimpin Redaksi

Comments

Popular Posts